Minggu, 11 Desember 2016

Quarter Life Crisis

Dualima, seperempat abad ada di dunia. Dulu waktu kecil pengen jadi dewasa, kayak lagu sherina.

Andai aku t'lah dewasa
Apa yang 'kan kukatakan
Untukmu idolaku tersayang
Ayah... Oh...

Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu

Sudah dewasa, jadi bingung. Semakin sulit mengungkapkan sayang. Menjadi sentimentil. Buat saya pembahasan keluarga sangat sensitif. Baru dibahas sedikit rasanya mau keluar air mata, langsung putar balik obrolan jadi canda.

Sudah dewasa, jadi bingung bisa dikatakan dewasa atau hanya umur saja bertambah jadi banyak putar otak gimana caranya buat bangga dan gak kasih kecewa. Berusaha sekuat tenaga dan hati jaga perasaan dan kasih yang terbaik buat mereka, orangtua. Betapa berharganya mereka, keluarga.

Sudah dewasa, menginjak dualima. Terlalu banyak pilihan yang kita tidak tahu apa yang harus ditentukan. Banyak mimpi yang rasanya ingin diraih, terlalu banyak keinginan yang ingin dicapai, terlalu pening dengan dilema yang rasanya gak selesai-selesai.

Dualima, umur yang terasa sangat dipikirkan. Agar jangan salah langkah. Gimanapun cara yang harus dilakukan. Segala mimpi ingin berubah nyata. Passion yang terabaikan berganti menjadi pekerja duduk delapan jam. Perusahaan yang menggerus kesenangan karyawan. Atasan yang sulit memberikan izin dan serta merta curiga. Keluh berimbang peluh setiap hari dirangkum dalam kata, lipatkan dalam pikiran. Apakah harus berhenti bekerja agar tidak mengeluh? Tapi melihat jendela banyak yang sulit dapat kerja menjadikan saya harus penuh syukur. Benar?

Dualima, umur nanggung lanjutin pendidikan. Tapi kata orang ga ada yang terlambat untuk belajar. Melanjutkan pendidikan master jadi salah satu impian. Tambah gelar adalah salah satu yang diinginkan, karena ilmu kemanapun harus dikejar dengan bagaimana caranya. Semoga bisa disegerakan, agar kemauan bukan sekedar mau saja.

Dualima, segala pencapaian dalam hidup mulai disusun. Cita-cita itu belum sampai pada garis finishnya. Masih harus estafet melewat rangkaiannya. Setiap resolusi awal tahun selalu menuliskan keinginan itu. Menulis buku, dan melihat buku karya sendiri ada di deretan rak toko buku, tidak perlu ada di rak best seller. Hanya ingin menelurkan karya yang sudah di nanti-nanti. Tapi bagaimana bisa memiliki buku kalau menulis saja sudah jarang. Semua tulisan hanya disimpan sendiri, dibaca ulang sendiri, berpikir sendiri, takut sendiri akan penolakan dari penerbit, takut tulisan yang dikarang menimbulkan kecurigaan pula. Seperti kalah sebelum berperang bukan? Tapi walaupun impian itu belum menjadi nyata, saya menemukan sebuah passion lain. Akhir tahun ini karya sudah ditelurkan kembali, usaha pakaian. Doaku terkabul, punya usaha bidang lain. Setelah pulalo di tahun 2015, sekarang baru berjalan orava. Alhamdulillah... Ada hikmah dibalik semuanya bukan? :)

Dualima, persahabatan yang dijalin semkin lama memiliki ruang yang kecil. Kita lebih nyaman menjadi pribadi yang memiliki teman ngobrol yang tidak terlalu banyak tapi hanya segelintir. Berteman dengan banyak orang tidak masalah tapi yang membuat nyaman bisa bercerita masalah pribadi tentu tidak perlu banyak. Lebih baik sedikit dan mengerti daripada banyak tidak peduli. Semakin banyak yang telah memilih jalannya masing-masing, komunikasi hanya lewat media sosial. Apakah bertemu sekadar basa basi tidak pakai hati atau memang rindu yang akhirnya terealisasi?

Dualima, bagaimana cinta? Sudah berapa kali datang ke pernikahan teman. Ratusan kali ditanya kapan? Dan selalu dijawab jawaban paling bijak seantero raya "doakan saja ya". Yang biasanya dibalas dengan cepetan halal kali. Tolong jangan rusak silahturahmi dengan pertanyaan basa basi ini. Saat teman-teman sebaya telah menikah, hamil dan berencana akan menikah tentu saja saya juga ingin menikah. Tapi menentukan pasangan hidup ini terasa sangat dipertimbangkan. Terasa mengkhawatirkan. Traumatis di masa lampau membuat saya selalu berpikir dan berpikir. Membuat bingung tujuh keliling. Yang jelas target menikah adalah segera. Tapi dengan syarat tanpa ragu dan sudah merasa yakin.

Selamat menikmati Quarter Life Crisis.