Jumat, 24 Februari 2012

ruangan 2

seperti halnya durasi waktu. aku sempat diajak beberapa kali keliling masa lalu. otakku yang sebenarnya memiliki kapasitas dan kadar mengingat yang kurang canggih ini masih mampu melihat beberapa hal. tentang bagian-bagian yang memang sepantasnya diingat. waktupun yang mungkin mengajak kita berlari, bertemu dan meninggalkan kelambanan yang lebih menyukai kesendirian. mungkin setelah entah berapa juta menit yang tidak pernah kita temui bersama, ada ruang yang sedang mengisolasikan dirinya. sengaja rapat hingga mungkin hanya lubang-lubang kecil yang dapat melihat bagaimana isinya. ruangan itu tidak besar tapi cukup nyaman untuk ditempati. aku sebenarnya sederhana, hanya sedikit senang memberi sedikit labirin untuk yang masih bertahan ingin menuntaskan teka teki. labirin ini memang teras untuk sampai pada ruangan itu. ruangan yang sengaja diisolasi dan tidak dapat dijangkau oleh orang yang sekedar hanya ingin merusaknya. hanya dibutuhkan  orang yang bisa merawat ruangan itu, menjaganya, mengindahkannya dan menyamankan ruangan itu. bukan sekali, dua kali ruangan itu diketuk dan tidak ada yang bisa membuka kuncinya. tapi baru satu orang yang apa adanya, tidak berlebihan yang mampu membuka kunci itu. dan orang itu : kamu :)

Kamis, 16 Februari 2012

ramai itu diam

ketika ramai itu diam adalah tarian semu bagiku. seperti berlari terengah-engah namun kamu sebenarnya diam. ketika kerongkongan yang kering padahal kamu tak sekalipun teriak. ketika tertidur adalah ruangan paling segan kamu nikmati karena dunia disana terlalu membuahkan semu. lalu bagaimana dengan ramai itu diam? itu seperti aku, disini ditempat dimana aku bisa menikmati orang-orang sekelilingmu berbicara, tertawa, menangis, bertengkar, berangkulan, berbisik, berjalan, sibuk, mendengarkan musik, dan hal-hal lainnya yang membuat aku semakin asik menikmatinya. aku seperti berada di kursi paling nyaman sedunia menyaksikan panggung luas serta merta dengan aktor-aktor yang menarik memainkan perannya. sebenarnya dengan pagi yang bersahabat ini aku terlalu bahagia menikmatinya sampai pandanganku menangkap bayangan yang aku rasa lengkap menemani pagi ini. pandangan yang sangat manis ketika kedua tapak tangan keriput itu menyatu bergandengan..bagaimana tidak ini adalah potrait yang tidak akan pernah aku lupakan dalam bagian hidupku. mereka berjalan perlahan. si nenek menuntun si kakek dengan penuh kasih sayang, dengan tangan keriput mereka dan tongkat yang menemani mereka berjalan. betapa aku terharu ketika si nenek masih setia berjalan bersama si kakek yang tuna netra berjalan dari tempat ke tempat untuk menanti kepingan receh untuk menyambung kehidupan. betapa setianya si nenek yang berjalan tiada letih dengan si kakek masih dengan senyum dan sambil mendoakan ikhlas tiap pemberi receh.. 




hening.. 
dan mataku sedikit berkaca-kaca..



Rabu, 15 Februari 2012

apakah kalian telah berhenti mengeluh kepada Tuhan ?

Kadang aku memikirkan mereka. mereka berjalan di terik semacam ini tetapi masih sempat tersenyum. Mereka menjajakan barang sesekali menyeka keringat. peluh yang mereka sisakan untuk dikejar uang. berlari dari satu tempat ke tempat lain. kemudian bersahabat akrab dengan debu dan tolakan halus dari orang-orang. dan mereka masih bisa tersenyum sambil kembali berjalan kaki entah berapa kilometer. Aku memikirkan berapa uang yang mereka dapatkan setelah kaki yang dirasa jalan telah jauh, apakah yang mereka dapatkan cukup untuk makan sehari? Lalu aku diajak menyelami pikiran sendiri, aku bertanya2 tentang bagaimana keluarga mereka? Anak mereka? Istri mereka? Apa mereka masih bisa makan? Apa anak mereka bisa bersekolah? Dan apa mereka masih bisa tertawa? Apa mereka menikmati peluh2 hari dengan bersyukur? mereka dengan tertawa dan menikmati apa yang telah didapatkan menjadi hal yang cukup untuk mengucap syukur.. mungkin nasi dan tahu tempe menjadi panganan istimewa selagi semuanya halal. mungkin atap beralaskan tikar itu adalah cukup bagi mereka untuk menyamankan diri dari letihnya berjalan. dan mungkin kemeja lusuh putra-putri mereka dirasakan sempurna untuk menggantungkan cita-cita dan harapan mereka kepada keturunannya. ketika semua telah dirasa cukup, apalagi yang mereka ingat? tentu saja bersyukur..


Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah kalian bersyukur pada apa yang kalian dapat? Apakah kalian telah berhenti mengeluh kepada Tuhan? 





perjalanan ke kulon,
ketika pedagang asongan masih setia tersenyum ditemani keringat..