Senin, 08 Januari 2018

selamat, delapan.

berlari, berjalan atau berhenti?

kita sudah jauh berjalan, terlalu jauh berjalan.
aku bilang kita berjalan, kamu bilang kita berlari.
di lintasanku kita berjalan, lintasanmu berlari.

mungkin ini terlalu cepat bagimu, tapi bukan bagiku.
aku tau kemana aku harus berjalan dan menuju.
aku tau maksudku, kamu.

mungkin perjalanan ini terlalu cepat bagimu. atau menjadi paksaan untukmu. karena rengekanku atau nasihat orangtuamu. semua angan-angan ini semakin buatku berharap terlalu jauh. aku terlalu larut dalam ingin yang kamu mungkin tak ingin.

masih ada waktu untuk tentukan, sayang. jangan terpaksa, buat apa kamu memaksakan berjalan di setapak yang kamu tak inginkan hanya untuk melihatku tersenyum dalam harapanku berkeluarga denganmu.

perempuan selalu butuh kepastian sayang. tidak bisa kamu jadikan layang-layang. yang kamu ulurkan lalu kamu jatuhkan.

Minggu, 22 Oktober 2017

peluk

kata-katamu serupa cambuk
yang memukuliku hingga aku butuh peluk.

aku hanya butuh peluk,
tak pernah aku minta sesuatu yang muluk.

aku ingin bukan kabut melanda,
kita harusnya penuh canda kan?
cerita tentang hari tua bersama.

jika mataku menumpahkan kesedihan
bisakah kamu hentikan?

Lalu,
apa aku yang terlalu cinta?
sampai luka kubiarkan terus menganga

tidak tau apa apa

mungkin sebaiknya aku tidak tau apa-apa.
atau lebih tepatnya tidak mau tau.
buat apa aku tau hal-hal yang membuat luka,
atau berujung kecewa.

lebih baik yang aku tau hanya tentang cinta dan setia kan?
selebihnya aku lebih baik menutup mata telinga.

Ini akan baik-baik saja.
percaya.

Jumat, 08 September 2017

Aku Ingin Jadi Egois

Sungguh aku ingin jadi egois.
Aku ingin menjadi egois.
Aku sangat ingin pernah menjadi egois.

Nyatanya,
aku merelakan hal yang sangat aku inginkan.
lagi dan lagi.
mungkin ini sudah yang ke sekian kali.
aku mengalah lagi.
mimpi dan anganku tidak terjadi lagi.

aku bisa, aku mampu.
tapi aku tak sampai hati.
aku lewatkan kesempatan lagi.

mungkinkah yang kita inginkan belum tentu yang terbaik?
atau sebaliknya?

aku relakan keinginan, demi hal yang lebih besar. lebih baik.

semoga.

Senin, 07 Agustus 2017

Happy 8 !

Halo nukasvianta,

aku gak perlu panjang kali lebar kali tinggi buat jelasin gimana akhirnya kita bareng dan terus bertahan. aku rasa kamu juga udah tau gimana sayangnya aku ke kamu tanpa aku omongin atau umbar-umbar. karena semua itu kita yang rasa.

terimakasih karena kita saling ada untuk satu sama lain. kamu tau, kamu terlalu berarti.

selamat tanggal 8 di tahun ke 5, nukasvianta. semoga semesta terus menjaga kita dan Tuhan mengabulkan namamu dalam doa.

terimakasih kamu selalu ada :)

Rabu, 22 Maret 2017

Kejutan

Tidak seperti biasanya, tahun ini ada kejutan
walaupun tidak seperti yang aku bayangkan.
Tapi ada kejutan, bukan yang aku harapkan.
Akan susah terlupakan.

sebuah hadiah bertuliskan,
goresan.

Minggu, 19 Maret 2017

(L)ego

Aku dapatkan sekantung lego. Masih berantakan, ku ingin legoku menjadi sebuah bangunan. Legoku banyak warna, ada gelap dan terang. Kecil dan besar.

Hampir 5 tahun yang lalu aku mulai bangun dan susun lego ku. Aku rancang sebuah bangunan yang sederhana. Cukup sederhana dan apa adanya. Terkadang aku berekspektasi tumpukan lego ini akan menjadi bangunan yang aku idamkan. Aku memimpikan sebuah rumah.

Perjalanan menyusun lego ku mulai. Aku susun dari bawah. Aku ingin rumah legoku kokoh. Aku buat dinding-dindingnya dengan penuh percaya. Apalagi yang bisa kuat selain kepercayaan. Pada saat itu aku selalu meyakinkan diri bahwa lego yang ku dapat ini akan menjadi rumah. Terus ku susun legoku tahun demi tahun. Aku buat jendela dan pintu agar rumahku bisa melihat dunia. Yaa susunan lego ini tentu tidak sempurna, bisa dibilang ada kurangnya. Ada warna yang tidak kusuka, tapi pemakluman-pemakluman itu kubiarkan ada. Aku anggap seni saja dalam susunan legoku. Bangunanku juga tersusun tidak rapih. Semakin lama tersusun dan menjadi bangunan, susunan dindingnya ada yang mulai hilang. Jatuh. Tapi aku tetap menyusunnya. Sambil kuyakini dalam hati legoku harus menjadi sebuah rumah.

Sudah panjang waktu terlewati. Aku menjadi punya target untuk menyelesaikan legoku. Aku ingin segera melihat legoku menjadi rumah. Yang memiliki atap. Yang menaungi bangunanku dengan teduh. Atap yang menjadikan wujudnya  nyata sebagai rumah. Hampir, sedikit lagi. Sudah ada rangka atapnya, akan kususun atap itu untuk menjadikannya rumah dan kemudian aku tersenyum.

Semuanya tidak berjalan seperti yang aku inginkan. Susunan yang aku bangun satu persatu dari bawah, dinding yang kubagun dengan rasa percaya, jendela dan pintu yang ada untuk melihat dunia, atap yang menaungi sebuah komitmen semua menjadi berantakan. Susunan itu berantakan. Begitu saja. Tanpa permisi tanpa basa basi. Ada yang menerpa bangunanku, tanpa ku inginkan ada. Hadir begitu saja, membuat semua kepercayaan itu hilang. Membuat bangunan yang akan aku sebut rumah pun menjadi tak karuan.

Setelah lama, aku bertanya. Apakah aku harus percaya bahwa bangunan itu bisa ada? Bisa berdiri lagi? Bagaimana kususun kembali bangunan itu agar bisa menjadi rumah? Kini bangunanku semi runtuh, dan masihkah ku harus bangun dinding itu kembali dengan rasa percaya?

Lego, bisakah aku menangkan ego?