Kamis, 16 Februari 2012

ramai itu diam

ketika ramai itu diam adalah tarian semu bagiku. seperti berlari terengah-engah namun kamu sebenarnya diam. ketika kerongkongan yang kering padahal kamu tak sekalipun teriak. ketika tertidur adalah ruangan paling segan kamu nikmati karena dunia disana terlalu membuahkan semu. lalu bagaimana dengan ramai itu diam? itu seperti aku, disini ditempat dimana aku bisa menikmati orang-orang sekelilingmu berbicara, tertawa, menangis, bertengkar, berangkulan, berbisik, berjalan, sibuk, mendengarkan musik, dan hal-hal lainnya yang membuat aku semakin asik menikmatinya. aku seperti berada di kursi paling nyaman sedunia menyaksikan panggung luas serta merta dengan aktor-aktor yang menarik memainkan perannya. sebenarnya dengan pagi yang bersahabat ini aku terlalu bahagia menikmatinya sampai pandanganku menangkap bayangan yang aku rasa lengkap menemani pagi ini. pandangan yang sangat manis ketika kedua tapak tangan keriput itu menyatu bergandengan..bagaimana tidak ini adalah potrait yang tidak akan pernah aku lupakan dalam bagian hidupku. mereka berjalan perlahan. si nenek menuntun si kakek dengan penuh kasih sayang, dengan tangan keriput mereka dan tongkat yang menemani mereka berjalan. betapa aku terharu ketika si nenek masih setia berjalan bersama si kakek yang tuna netra berjalan dari tempat ke tempat untuk menanti kepingan receh untuk menyambung kehidupan. betapa setianya si nenek yang berjalan tiada letih dengan si kakek masih dengan senyum dan sambil mendoakan ikhlas tiap pemberi receh.. 




hening.. 
dan mataku sedikit berkaca-kaca..



2 komentar: